buat cerpen sastra dan non sastra
B. Indonesia
septia98
Pertanyaan
buat cerpen sastra dan non sastra
1 Jawaban
-
1. Jawaban yoora3
Can You Stand The Rain?
Cerpen Karangan: Afief Rahmat Hudiyawan
Kategori: Cerpen Sastra, Cerpen Slice Of Life
Lolos moderasi pada: 15 September 2017
Hujan kali ini menjadi kambing hitam atas sepinya kedai kopi yang telah sering aku kunjungi. Hujan yang datang sedari sore tadi memalaskan lalu lalang yang mendadak sepi. Derasnya air yang turun jatuh ke kanopi teras kedai menambah riuhnya kedai yang tak lagi penuh terisi. Kopiku yang telah terhidang panas kini menjadi dingin terkalahkan hawa dingin yang tanpa halangan merasuki ruangan yang tak lebih besar dari sebuah garasi.
Seorang barista muda terbaring merebahkan diri di atas sofa di salah satu sudut kedai. Terlihat letih akan rutinitasnya tiap hari, merebahkan diri selepas cangkir kopiku telah tertata rapi di atas meja ini. Lagu sendu dari penyanyi yang pilu terputar di tengah riuhnya hujan yang tak tahu sampai kapan akan berhenti. Terciptakan kolaborasi suara lagu merdu dengan suara alam yang terdengar semakin menyatu, mengisi waktu.
Sepi, kata yang terus menggaung bersama dengan berhentinya lagu, polusi suara yang berubah senyap begitu saja, hanya dengkuran lirih dari pria muda yang melepas letihnya. Suara ketikan yang semakin mengeras terdengar menyambut catatan baru, mencatat kenangan seperti yang biasa aku dapati ketika di dalam sebuah kedai kopi. Kata perkata berbaris menjadi kalimat, kalimat demi kalimat menyatu menjadi paragraf, dan paragraf demi paragraf tersusun hingga aku bosan untuk mengingat kembali masa lalu.
Catatanku memang penuh dengan ingatan samar masa lalu, ingatan tentang remaja yang baru menyambut perasaan baru, berubah pemuda yang menangis haru di balik pintu, hingga seorang pria yang menghela nafas kemudian berlalu. Kemudian mencatatnya untuk terbaca oleh orang yang tak ingin tahu. Sedikit melegakan untuk menyambut hal-hal yang baru, hingga aku benar-benar bosan mengingat-ingat masa lalu.
Hujan selalu seperti itu, derasnya membuat orang malas untuk beranjak dari nyamanya, rintiknya menggiring kita menyelami masa terdahulu, jendela kaca menjadi tempat tatapan kosong lamunan khayalan yang tak pernah terucapkan. Hujan memunculkan rindu, entah tentang apa kita merindu, tapi perasaan itu ada, hingga aroma khas tanah basah mengering tersipu malu.
Cerpen Karangan: A.R. Hudiyawan
Blog: hudiyawan.id
Seorang pria yang selalu bersenjatakan pena dan buku di manapun dia berada,lebih menyukai menulis dengan cara konvensional untuk kemudian di maya kan.