2 biodata tokoh integrasi bangsa yang berasal dari papua
Sejarah
lakaytabina5364
Pertanyaan
2 biodata tokoh integrasi bangsa yang berasal dari papua
1 Jawaban
-
1. Jawaban Advenia123
1. Silas Papare (lahir di Serui, Papua, 18 Desember 1918. Meninggal di Serui, Papua, 7 Maret 1973 pada umur 54 tahun) adalah seorang pejuang penyatuan Irian Jaya (Papua) ke dalam wilayah Indonesia. Ia adalah seorang pahlawan nasional.
Ia menyelesaikan pendidikan di Sekolah Juru Rawat pada tahun 1935 dan bekerja sebagai pegawai pemerintah Belanda. Ia sangat gigih dalam memperjuangkan kemerdekaan Papua sehingga ia sering berurusan dengan aparat keamanan Belanda dalam memerangi kolonialisme Belanda dan pada akhirnya ia dipenjarakan di Jayapura karena memengaruhi Batalyon Papua untuk memberontak.
Semasa menjalani masa tahanan di Serui, Silas berkenalan dengan Dr. Sam Ratulangi, Gubernur Sulawesi yang diasingkan oleh Belanda ke tempat tersebut. Perkenalannya tersebut semakin menambah keyakinan ia bahwa Papua harus bebas dan bergabung dengan Republik Indonesia. Akhirnya, ia mendirikan Partai Kemerdekaan Indonesia Irian (PKII). Akibatnya, ia kembali ditangkap oleh Belanda dan dipenjarakan di Biak. Namun, dengan transportasi kapal laut, Silas Papare dan isterinya, Regina Aibui serta keluarganya memilih melarikan diri menuju Yogyakarta ke Yogyakarta.
Pada bulan Oktober 1949 di Yogyakarta, ia mendirikan Badan Perjuangan Irian di Yogyakarta dalam rangka membantu pemerintah Republik Indonesia untuk memasukkan wilayah Irian Barat ke dalam wilayah RI. Silas Papare yang ketika itu aktif dalam Front Nasional Pembebasan Irian Barat (FNPIB) juga diminta oleh Soekarno menjadi salah seorang delegasi Indonesia dalam New York Agreement yang ditandatangani pada 15 Agustus 1962, yang mengakhiri konfrontasi Indonesia dengan Belanda perihal Irian Barat. Setelah penyatuan Irian Barat, ia kemudian diangkat menjadi anggota MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara).
2. Frans Kaisiepo
Terlahir dari pasangan Alberthina & Albert Kaisiepo di Kampung Wardo, Biak barat, Kabupaten Biak Numfor, Papua, pada tanggal 10 Oktober 1921, beliau telah meninggal di Jayapura, Papua, pada umur 57 tahun tepat tanggal 10 April 1979, Frans Kaisiepo adalah seorang pahlawan nasional Indonesia dari tanah Papua sesuai SK Presiden : Gelar Pahlawan Nasional Keputusan Presiden No. 077/TK/1993, ditanggal 14 September 1993. Frans terlibat dalam Konferensi Malino ditahun 1946 yang telah membicarakan kesepakatan pembentukan Republik Indonesia Serikat sebagai delegasi dari Papua. beliau memberikan usulan nama Irian, dimana kata tersebut yang berarti beruap dalam bahasa Biak . Selain dari pada itu, ia juga pernah menjabat sebagai Gubernur Papua diantara tahun 1964 hingga 1973. Frans Kaisiepo tumbuh dengan Jiwa kebangsaan semenjak beliau berkenalan dengan mantan guru di sebuah Taman Siswa yang diasingkan ke Kabupaten Boven Digoel, Provinsi Papua. di Bulan Juli tahun 1946, Frans penggagas berdirinya Partai Indonesia Merdeka (PIM) di Biak. Saat Belanda mengadakan Konferensi Malino di Provinsi Sulawesi Selatan yang membahas rencana pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT), Frans Kaisiepo menjadi anggota sebagai wakil dari Irian Barat.
Frans Kaisiepo menentang rencana Belanda tersebut. Bahkan, ia kemudian mengganti nama Netherland Nieuwe Guinea dengan IRIAN yang merupakan kependekan dari Ikut Republik Indonesia Anti Netherland. Frans Kaisiepo dan rakyat Biak kemudian terus mengadakan perlawanan menentang penjajah kompeni Belanda yang berada di Irian.
Frans menolak diangkat sebagai anggota Delegasi Belanda, Disaat Konferensi Meja Bundar (KMB), sehingga beliau dihukum lalu kemudian diasingkan ke daerah yang sangat terpencil. dimana Konferensi Meja Bundar tersebut menghasilkan sebuah keputusan pengakuan kedaulatan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun, Belanda bersikeras, bahwa Irian termasuk ke dalam wilayahnya. pada Tanggal 19 Desember 1961, Presiden Soekarno menginstruksikan Trikora (Tri Komando Rakyat) sebagai upaya pembebasan Irian yang dilanjutkan dengan operasi militer. Frans Kaisiepo turut aktif membantu TNI untuk dapat mendarat di Irian Barat.
Perjuangan dilanjutkan melalui jalur diplomasi, Ketika Trikora sudah berakhir, pada Tanggal 1 Mei 1963, secara resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerahkan Irian Barat kepada pemerintahan RI. Frans Kaisiepo diangkat menjadi gubernur yang pertama dan bertugas melaksanakan Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA). Pahlawan Nasional ini pernah menduduki Gubernur Papua pada periode 1964 hingga 1973.